Luwu Timur – Komunitas Pamona di Luwu Timur meluapkan kekecewaannya atas kurangnya dukungan pemerintah terhadap tradisi tari dero, yang bahkan sering kali dilarang. Keluhan ini mencuat dalam kampanye dialogis yang digelar oleh Ketua Tim Pemenangan Ibas-Puspa, Herdinang, di Desa Tadulako, Kecamatan Tomoni, Minggu malam, (13/10/24).
Iwan, salah satu warga yang hadir, dengan tegas menyampaikan keresahannya. Ia menyebut tari dero, yang merupakan warisan budaya masyarakat Pamona, tak mendapatkan perhatian layak dari pemerintah.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, kegiatan tari dero dilarang dengan alasan sering terjadi keributan.
“Kalau masalahnya karena ada insiden, saya kira itu bisa dicari solusinya. Yang kita butuhkan adalah dukungan dan regulasi untuk menjamin tradisi ini tetap hidup,” ungkap Iwan.
Ia menambahkan perlunya sebuah Peraturan Daerah (Perda) untuk melindungi dan mengembangkan tari tradisional, termasuk dero.
Menanggapi keluhan tersebut, Herdinang dengan tegas memastikan bahwa pasangan calon bupati dan wakil bupati, Ibas-Puspa, memiliki komitmen besar terhadap pelestarian budaya di Luwu Timur.
“Jangan ragukan komitmen Ibas-Puspa. Mereka adalah satu-satunya pasangan yang melibatkan tari tradisional dalam deklarasi hingga pendaftaran di KPU, dengan pendukung mengenakan pakaian adat masing-masing,” ujar Herdinang.
Ia menekankan Ibas-Puspa tidak hanya akan mendukung, tetapi juga mengembangkan setiap seni tradisional. Herdinang mengungkapkan bahwa dalam visi dan misi Ibas-Puspa, sudah jelas tertuang program pengembangan komunitas adat, terutama terkait pariwisata.
“Sebagai bentuk dukungan nyata, jika Ibas-Puspa menang, kita akan gelar dero massal sebagai perayaan besar-besaran,” tutupnya.