Luwu Timur – Ketika sebagian daerah menggantungkan harapan pada tambang dan pabrik besar, Luwu Timur memilih jalan berbeda, membangun kawasan industri yang berpihak pada lingkungan, budaya, dan rakyat kecil.
Pesan ini disampaikan langsung dalam forum kunjungan kerja Panitia Khusus (Pansus) DPRD Tana Toraja yang tengah menyusun Ranperda Kawasan Industri, Senin (23/6/2025).
Dalam forum tersebut, DPRD Lutim berbagi pengalaman soal arah pembangunan industri yang tak hanya mengejar angka, tapi juga masa depan.
Wakil Ketua II DPRD Lutim, Harisa Soharjo, dengan tegas menyatakan bahwa Luwu Timur memang memiliki potensi tambang nikel, namun tak ingin terjebak dalam eksploitasi yang membabi buta.
“Kami tidak ingin generasi kami nanti hanya mewarisi kerusakan. Maka industri kecil, pariwisata, dan sektor kreatif wajib didorong bersama tambang,” ujar Harisa.
Selain itu, ia menegaskan nilai budaya dan kearifan lokal mesti menjadi dasar dalam setiap perencanaan pembangunan industri.
Hal senada disampaikan oleh anggota DPRD dari Partai Gerindra, Sarkawi, yang menyebutkan kawasan industri Lutim seperti KIMAL (Kawasan Industri Malili) dibangun secara terintegrasi dengan RTRW dan program nasional, tapi tetap membuka ruang bagi tumbuhnya UMKM dan ekonomi kreatif.
“Tenun, kuliner, sampai komoditas lokal seperti lada, semuanya sedang kami dorong naik kelas secara industri,” jelasnya.